Halo, kamu? Iya kamu yang di situ. Yang lagi diam terlihat
seperti memikirkan seseorang. Kian hari kian rapuh hati kamu itu, aku rasa.
Masih belum bisa move on dari dia? Iya, dia yang pergi dari
kamu sembunyi – sembunyi, yang ninggalin kamu tanpa jejak alasan.
Mungkin kalo kamu sadar, dia ninggalin kamu dengan beberapa
alasan yang pernah kamu duga tapi ga pernah kamu akui. Bisa saja kan dia
ninggalin kamu karna nemuin yang baru atau kembali ke cinta lamanya? Kamu juga
pernah menduga hal yang sama kan? Tapi kamu ga pernah akuin, karna kamu masih
menanam kepercayaan sama dia bahwa dia sayang sama kamu. Tapi kenyataannya, dia
bisa saja salah satu dari itu, pergi meninggalkanmu karna menemukan yang baru
atau jatuh kembali ke pangkuan cinta lamanya.
Setelah kejadian ini, kamu pasti kecewa. Rasanya kamu mau
ngelakuin satu hal. Kamu mau teriak di depan dia? Mau janggut rambutnya? Mau
tampar pipinya? Atau mungkin, kamu mau bikin dia sadar kalo dia lagi dicintai sebegitu
besarnya sama kamu? Itu sia sia.
Dia udah pergi sembunyi sembunyi dari kamu.
Menidurkanmu terlebih dulu dengan kenangan bareng bareng dia, lalu pura pura
sembunyi, kemudian pergi secara rapih sebelum kamu terbangun sadar dan melihat
semuanya.
Kamu nyesel? Setelah harapan kamu yang sudah tinggi mengapung
di langit, tiba tiba ditenggelamkan hingga ke dasar laut karna kepergian dia.
Kamu yang sekarang hanya bisa berharap pada Tuhan bahwa ini mimpi buruk dan
kamu segera terbangun. Tapi sesungguhnya, kamu udah terbangun dan harus
menerima kenyataan yang pahit.
Kamu juga pernah kan dipertemukan dua hal menyulitkan dan
berbenturan? Kamu menemukan yang baru atau diajak bersama kembali dengan cinta
lamamu, tapi kamu menolak dengan alasan memilih bertahan untuk dia. Dia yang
sekarang menjadi samar samar masa lalumu. Yang memutus sayapmu untuk terbang
hingga kamu terpelanting ke jurang luka. Tapi kemudian, kamu berusaha berdiri
kembali sambil menyembuhkan luka lalu kembali mengejar dia.
Akhirnya… Dia sudah tak terkejar karna terlalu cepat, sambil
mengejekmu di masa depan.
Segelintir dari temanmu pernah berkata santai “udah, lupain aja
dia” tapi itu bertambah menyakitkan hatimu dan bukan mencabut bibit luka.
Mungkin, jika kamu dengan dia bertemu kembali
suatu hari. Kalian akan bertatap mata, pura pura saling lupa, tidak saling sapa
kata, lalu mengandalkan keadaanlah yang berbicara. Apa semua itu menyembuhkan
luka? Tidak. Ku rasa mustahil untuk menyembuhkan luka.
0 Komentar:
Posting Komentar