HelloFest9 Anima Expo [10 November 2013] #Part2

 —Keberangkatan

   Kita berempat akhirnya sama - sama sepakat bakal dateng ke HelloFest9 hari Minggu. Sedikit gue pikir, kayaknya hari kedua bakalan kalah seru dibanding hari pertama. Tapi gak apalah daripada gak dateng sama sekali dan cuman nyesel seumur November.

Minggu paginya—pukul 8, kita sudah berada di Stasiun Depok dan sedang menunggu keberangkatan kereta. Sepagi ini kita sudah berada di stasiun demi menghindari macet, panas, ngantri dan masalah yang paling sering terjadi kalo jalan - jalan adalah kesasar.
Pukul 8 pagi menurut aturan hari Minggu itu kayak masih subuh, males - malesan dan enaknya dilanjutin tidur selepas sarapan.

 Tapi hari ini berbeda, gue sama si Rena lagi duduk di stasiun sambil nungguin kereta jurusan arah Sudirman datang. Si Rena masih beranggapan, acara yang bakal kita datengin gak ada menariknya sama sekali. Dia mulai membuka percakapan, "Lo yakin mau ke HelloFest? Kayaknya gak bakal seru..."
Ngedenger ucapan yang kurang asik di telinga membuat gue ngasih tantangan ke si Rena
"Pasti seru.. Liat aja ntar, gue berani taruhan, gimana?"
Rena membalas tantangan gue dengan nyengir lebar, melebihi lebar pantatnya.

   Selang beberapa percakapan, akhirnya kereta arah jurusan Sudirman datang. Dari dalam gerbong ada yang meneriaki "Woy, Na! Wan! Ayo naek!" dan ternyata itu adalah teriakan dari dua anak tapir yang bernama Januar dan Andra. Mereka naik kereta dari Stasiun Citayam. Tanpa dikomando gue berdua langsung naik menghampiri mereka yang udah di dalem.
   Suasana di dalem kereta apek sama apes banget. Apek karna penuh penumpang dan apes karna gak dapet tempat duduk. Akhirnya, secara tidak sukarela gue harus berdiri sepanjang perjalanan.
Ternyata ada yang lebih kampret dari gak dapet tempat duduk dan penuh penumpang, yaitu pegangan yang biasa ngegantung di tiang - tiang untuk penumpang berdiri letaknya terlalu tinggi. Sebagai perwakilan POP (Perserikatan Orang Pendek) gue mengajukan komplen keras kepada pihak PT. KAI supaya pegangannya jangan terlalu tinggi. Padahal yang patut disalahkan yaitu tubuh gue yang melebar ke samping bukan numbuh ke atas.
   Gue melempar pandangan ke sekeliling kereta, berharap ada mbak - mbak cantik yang menyodorkan paha lalu berkata "Capek yaaa??! Sini mas, aku pangku.." tapi malahan yang ada gue bakal disambitin satu gerbong. Gak tau musti ngapain. Ngupil gak bisa, ngentut gak bisa, ngintipin belahan dada wanita apalagi. Gue putuskan untuk membuat percakapan yang itu - itu terus sampe bosen. Ketawa - ketawa sampe warasnya abis.

   Sampai di stasiun Sudirman kita melangsungkan duduk - duduk selonjoran terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Sekujur lutut udah mulai berdenyut dan enaknya gesek - gesek kaki ke atas kasur, tidur tengkurepan dan dipeluk dari belakang sama pacar. Eetapi gak jadi karna gak punya pacar. HAHAHAHASEM.
   Seusai membuang rasa lelah sebentar, kita keluar stasiun dan menuju halte busway. Kebetulan Jakarta hari ini masih berlaku Car Free Day. Gue melihat jalan Jakarta melempeng sepi tanpa ada kendaraan satu pun. Hanya ada busway dan kopaja executive yang melintas, bersamaan masyarakat yang sedang melakukan olahraga mingguan. Jakarta Minggu pagi memang sangat damai dan menyenangkan. Banyak orang melakukan aktivitasnya masing - masing. Ada komunitas sepeda, ada bazar suatu produk, ada yang pacaran, ada juga yang sekedar jalan - jalan santai menikmati waktu luang.
  Namun, kita berempat gak boleh berlama - lama terbawa suasana Jakarta yang sulit dilewatkan ini. Harus cepat - cepat ke halte busway dan sampai di HelloFest. Sama kayak pedekate, gak boleh kelamaan kebawa suasana pedekate, ntar cuman dijadiin temen. (((temeenn))) *Tsurhat*

***

   Mendarat di Halte Busway Dukuh Atas, kita berempat tanpa takut kesasar langsung beli tiket dan ambil antrian di tengah - tengah. Gak di stasiun maupun di halte semuanya sesak dengan ketek - ketek penumpang. Antrian berjalan cuman satu - tiga langkah doang, banyak yang serabat - serobot gak sabaran.
   Di dalam busway lebih parah. Penuh. Penuh banget. Penuh gak bisa bergerak. Udara sesak kalah saing dengan udara AC di dalem busway. Ingin nafas pun, yang kehirup malah aroma ketek. Gue gak habis pikir kenapa hari ini banyak banget ketek yang bau. Apa deodoran sudah kehilangan fungsi sebagai pewangi ketek? Kenapa harus ketek? Apa nanti di masa depan ketek akan dijadikan senjata masal pada saat perang?
   Akhirnya busway tiba di pemberentian Halte GBK. Demi kelangsungan hidup paru - paru, gue langsung mengisyaratkan untuk turun disini. Kita berempat turun, kemudian menyebrang. Masalah selanjutnya adalah kita berempat gak ada yang tau di mana letak Kolam Renang Senayan, lokasi acara HelloFest berlangsung. Awalnya kita berempat belum merasa kesasar. Namun, karna pergelangan kaki sudah mulai rapuh, gue memberikan perintah untuk cari informasi di mana letaknya.


"Kita harus jalan lagi sejauh ini?! Kampret!" Jerit Andra
kepala gue coba mengadah, melihat peta. "yaelah men, cuman sejengkal jari.... dari peta."
"Goblok lo.."
"Lo goblok.."
"Lo.."
Karna kehilangan kesabaran, gue langsung meng-kamehameha-si Andra untuk menyudahi percakapan yang memutuskan urat itu.

   30 menit lamanya kita berjalan, belum keliatan juga batang hidung HelloFest. Kita udah ikutin sesuai yang ada di peta, tapi di depan sana yang kita temui malah festival motor atau apalah gue gak ngerti. Spontan kita berempat keheranan.
"Kok festival motor?!" Andra, penuh heran
"Iya.. kok festival motor ndra?" Janu, mengulangi.
Rena cuman diem.
"Kok capek banget?!" Gue menjerti, gak pernah nyambung.
"KITA SEMUA JUGA CAPEK YAA!!??"
Gue kalah suara. Temen - temen gue langsung berniat menyeret gue ke tengah jalan biar dilindes kopaja, tapi jalanan lagi kosong.
   Ide untuk menanyakan tempat lokasi ke orang lain akhirnya tercuat juga. Sasaran utama 4 anak tapir ini adalah tukang parkir.
   Tukang parkir tadi mengisyaratkan kita untuk jalan lurus saja. Gue lihat dengan pandangan lurus, yang keliatan cuman pohon - pohon tinggi seperti hutan belantara gitu. Karna gak tau harus memilih jalan yang mana, terpaksalah kita harus percaya pada sang tukang parkir itu.
   Setelah menulusuri pohon - pohon seperti hutan belantara itu, samar - samar spanduk HelloFest sudah mulai keliatan. Senyum mulai mengulas di bibir kami berempat dan semakin melebar ketika sampai di depan gerbang masuk. Kita sama - sama menghembuskan nafas lega dan langsung membeli tiket masuk. Acara pembelian tiket masuk dilakukan dengan cara sakral. Kami baris dengan taat dan ramah. Mbak - mbak penjaga loketnya juga cantik, asik buat diajak bahagia.

***

 —Sampai di HelloFest

   Gak ada yang lebih mengalahkan suasana haru ketika tiba di HelloFest. Perjuangan melewati monster ketek di dalam kereta dan busway itu sudah terlewati. Tapi gue gak boleh cengeng, gue gak boleh nangis meski perasaan haru ini sudah membakar ulu hati. Perasaan ini sama mengharukannya seperti ketika menonton film Titanic. Terutama di bagian akhir saat Jack rela mengorbankan hidup demi kekasihnya. Bedanya, disini gue mengucap salam perpisahan sama ketek - ketek di sana.

***

Setelah istirahat sebentar di pinggir Kolam Renang Senayan dan dicurigai sebagai empat bocah gelandangan, kita semua akhirnya keluar dari dalam kolam renang sambil melihat - lihat kemeriahan HelloFest.

"Aanjriit! Kamen Rider!" Teriakan Rena memecah kebisuan.
"Wah iya! Kampret!" gue ikut - ikutan teriak
Janu sama Andra cuman diem clingukan. Di antara kami berempat, cuman gue sama Rena yang paling gaul tentang Jepang. Gue merasakan munculnya rasa senioritas.

   "Kamera mana?! Kamera mana??!" panik gue mengarah ke Rena.
"Gue gak bawa kamera.."
"Tadi kan gue suruh bawa! Lo gimana sih?!"
"Kapan lo nyuruh?"
"Tadi..!"
"Tadi kapan?!"
Hening.
Gue baru inget rupanya gue emang gak nyuruh si Rena bawa kamera, lantas gue ngeles sebisa mungkin.
"Ya seinget gue, gue pernah nyuruh lo bawa kamera. Mungkin setahun yang lalu.."
Hening lagi.

   Percakapan kurang waras tadi berakhir setelah Andra dan Janu menyodorkan Blackberry milik keduanya untuk foto - foto.

Mas, boleh naik? ~~\o/

Awas mas ditilang polisi pake helm capung bukan helm SNI :(
Tadinya, gue mau ikutan foto bareng dengan gaya; gue naik ke motornya sambil meluk dari belakang. Atau boleh juga dengan gaya; dia lagi berdiri lalu sambil gendong gue. Namun, dua tindakan tadi terlalu najis untuk dilakukan.

   Hasrat untuk menarsiskan diri belum terpuaskan, akhirnya kami semakin binal untuk melakukan foto - foto.

Kalo Ichigo punya pedang. Goku punya kamehameha. Gue punya kipas!
Mau ape lo?! Ada yang berani macem - macem gue colok idungnya pake kipas sakti mantraguna ini.

Goku: "Rena-san.. Ichigo.. Mari, kita basmi musuh - musuh kita.."
Ichigo: "Baik! Aku akan kalahkan mereka dengan sekali serangan!"
Rena: "Yooosh!! Aku siap peperin tangan bekas ketek ke musuh - musuh biar mereka tewas keracunan..!!"

Goku: "Musuh kita sepertinya sulit dikalahkan.."
Ichigo: "Kau benar, Goku. Lantas, kita harus bagaimana..?"
Andra: "Serahkan padaku. Di dunia ini tidak ada yang sulit kecuali hubungan beda agama.."
*Tsurhat*

Goku udah siap ngeluarin jurus. Ichigo lagi pura - pura kelelahan. Si Januar malah pasang muka-"neng, boleh kenalan gak?"


#NB : Biar postingan ini gak terlalu panjang dan jadi males dibaca, makanya gue membuat postigan ini jadi beberapa bagian. Lanjutannya, tinggal langsung klik disini

4 Komentar:

  1. yaampun cosplayernya absurd gituh... yang bagus cuman kamen raidernya :D

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Iyak seru abis :D minggu kemarin ikut dateng juga ndak?

      Hapus