Harap Tenang, Sedang UTS [Hari Pertama]

Ulangan, Siswa

Mulai besok gue akan menghadapi UTS, tepatnya seusai long weekend kali ini. 
Kalo besok siswa yang lain masih bisa nyari alesan buat gak masuk, jangan harap gue bisa ikutan nyari alesan. Sekolah gue emang rada keterlaluan, jadwal UTS dimundurin gak kira - kira. Disaaat siswa lain udah bebas dari UTS, sedangkan gue malah baru mulai. Disaat siswa lain nikmatin long weekend dengan jalan - jalan, gue malah ngerjain latihan soal demi soal. Terkutuk!

Yah, namanya juga libur akhir pekan, ngerjain latihan soalnya ngerasa ogah - ogahan. Jangankan ngerjain latihan soal, mandi aja jarang. Libur akhir pekan yang panjang cuman gue pergunakan untuk tidur semaunya. 
Seperti misalnya pas Sabtu kemarin, gue udah berniat ngerjain latihan soal jam sembilan pagi. Tapi kejadiannya gue malah tidur sampai jam 2 siang. 
Setiap gue berusaha bangun pagi di hari libur, saat itu juga usaha gue sia - sia. Seakan kasur gue selalu berbisik "Udaah.. kamu gak usah kemana - mana. Sini... temenin aku aja.."
Merasa mendengar bisikan halus yang menggoda, gue langsung merespon "Oke!"

Namun malas bukanlah solusinya, malas adalah hal yang gak boleh dipelihara. Syukurnya gue cepet sadar, gue gak boleh terus males - malesan begini. Oke, gue mulai mencoba serius belajar. Menggunakan sisa waktu yang gue punya. Kemudian, gue liat jadwal di hari pertama.....dan ada pelajaran matematika.

Mampus.

Long weekend cuman dipake tidur, masuk sekolah langsung UTS, dan hari pertama langsung matematika. Yaoloh!
Gue langsung inget peribahasa "Bersakit - sakit dahulu, bersenang - senang kemudian", tapi yang gue alamin malah "Bermalas - malasan dahulu, nyeseknya belakangan". Masaoloh!

Gue tampar diri gue, berusaha berpikir positif. Gue liat jadwal sekali lagi, berharap nama "matematika" ada di hari Sabtu, tapi tuh nama gak pindah - pindah juga. Pasrah. 
Oke, yang gue butuhkan cuman tenang, tarik nafas lewat mulut, lalu buang sambil kentut. Hari pertama langsung matematika? Siapa takut! Anggap aja ini pemanasan seusai liburan.
Kemudian, gue mengerjakan latihan soal dengan sungguh - sungguh.

. . .

Berbekal persiapan yang lumayan matang, gue yakin UTS di hari pertama bisa terlewat dengan mudah. Terlihat sejak pukul 5 pagi gue udah terjaga. Namun ya emang dasarnya males, alesan bangun yang "ntar dulu ah.." membuat gue melanjutkan tidur sampai pukul 6. Kemudian, gue berkemas merapihkan diri. Gue juga menyiapkan kumpulan kertas catatan seperlunya biar bisa ditaro di kolong meja. Iya, ini trik buat ngerjain soal matematika. Jangan ditiru! Adegan Dewasa!

Kemudian gue pamit sama nyokap, dan langsung berangkat. Gue liat jam di ponsel gue menunjukkan pukul 06:58, sedangkan ulangan dimulai pukul 07:00. Pertanyaannya adalah, apakah gue akan telat? apakah gue tetap dibolehkan mengikuti ulangan meski terlambat? apakah Al adalah kembaran gue? (mimpi kali ye!).

Akhirnya, gue sampai di sekolah tepat waktu. Sebenernya sih telat 10 menit, tapi gue langsung melongos masuk ke gerbang. Saat tiba di lobby utama, ternyata di sana masih banyak terdapat siswa - siswa lain dengan kesibukannya masing - masing. Ada yang sibuk mondar - mandir, ada yang sibuk ngantri buat ngambil kartu ujian, ada yang bikin perkumpulan terus ngegosip dan ada yang sibuk narawin foto - foto member JKT48. Melihat keramaian di depan mata, gue cuman bisa celingak - celinguk tanpa arah tujuan. Gue seperti merasa orang asing. Dan setelah gue pikir - pikir, ternyata gue salah pake seragam.

"OH!" gue menyadari sesuatu yang berbeda dari diri gue. Salah seragam. Good. Gue semakin bingung mau ngapain. Untungnya gue cepat sadar, "Cari Ruang Ujian!", itulah tujuan utama seharusnya

Gue jalan ke arah timur. Melihat nomor - nomor ruang ujian yang tertera di jendela. Ruang 1, Ruang 2, Ruang 3..... Ruang 10. "Kok Ruang 10?" gue bergidik heran dalam hati. Gue balik lagi ke arah lobby, mencoba mencari dengan teliti. Nihil hasilnya.

Sekarang gue lebih terlihat seperti tukang kirim antar barang yang lagi nyari alamat rumah sekaligus menyamar menjadi anak SMK. Sebagian siswa ada yang memperhatikan gue. Mungkin di pikiran dia adalah "Anak pindahan dari sekolah mana nih? Mukanya melas".
Sedangkan gue berharap, gak ada yang menegur sambil bertanya "Dek, mamahnya mana?" bisa - bisa harga diri gue menjadi anak SMK akan jatuh.


Gak lama kemudian, Wibowo, salah satu temen sekelas gue dateng. Seperti mendapat petunjuk jalan dari Yang Maha Kuasa, gue langsung semangat menegur "Wo! Ruangannya dimana?"
"Di atas, wan" 
"Oke!"

Kita berdua langsung jalan ke atas, tentunya gak sambil bergandengan tangan satu sama lain.

. . .

Setibanya di ruang ujian, gue langsung mencari tempat duduk sesuai nomor yang ada di kartu ujian. Gue dapet tempat duduk di tengah. Oh Tuhan! Terimakasih! Satu - satunya hal yang waras di hari pertama UTS adalah tempat duduk yang bukan di depan.

20 Menit kemudian, ulangan dimulai. Pengawas mulai masuk membawakan soal dan lembar LJK. Pengawasnya sudah tua, gue bisa menebak umurnya sudah masuk kepala lima. Mungkin, bisa lebih. 
Ulangan hari ini pada jam pertama ada pelajaran agama, dan matematika ada di jam kedua. Setelah itu pulang. 

Di tiga puluh menit pertama, pengawasnya udah cerewet. Gue mulai punya feeling gak nyaman sama pengawas ini. Gue takut gak bisa nyontek. Gue juga takut kalo soal - soal agama yang diujikan adalah soal agama level pesantren, dan gue pun belum belajar sama sekali! Soalnya, waktu belajar semalam gue pergunakan full untuk belajar matematika. Jadi gue gak punya persiapan sama sekali menghadapi ulangan agama.


Soal dan lembar LJK telah dibagikan. Kemudian tas para siswa dikumpulkan di depan. Gue mulai mengisi nama, nomor peserta, ruang ujian, tanggal ujian dan mata pelajaran pada lembar LJK. Setelah itu mata gue berpindah ke soal. Memeriksa dan membaca cepat soal tersebut. Ternyata soalnya cuman sedikit, cuman ada 15 soal PG (Pilihan Ganda) dan 5 essay (tertulis).

Oke! Saatnya mengerjakan!

Soal pilihan ganda gue selesaikan dengan kurun waktu kurang 5 menit. Ternyata soalnya gampang banget! Soalnya mengenai materi tajwid dan pembahasa agama pada umumnya. 
"Ini sih soal yang hapal di luar kepala" gue bergumam gembira dalam hati.

Kemudian gue lanjut mengerjakan ke soal essay. Di soal pertama tertulis :
"Sebutkan dosa - dosa besar yang kamu ketahui!"

"Dosa besar? Hmm.. Apa ya?" gue pun menerawang.
Manusia memang memiliki dosa, gak terkecuali gue. Tapi kayaknya dosa gue gak besar - besar amat kok. Gue bukan pembunuh. Gue juga gak pernah melakukan seks atau nge-bir dan ngisep ganja. Kalo nonton bokep sih emang pernah, tapi apa itu termasuk dosa besar? Apa gue harus menulis jawaban "dosa besar saya adalah menonton film porno orang Jepang." begitu?

Ah, gak mungkin! Gue menepis kemungkinan. Gue kembali menerawang tentang dosa besar. Satu - satunya hal yang besar dari diri gue adalah perut. Perut gue besar dan lebar. Oke, abaikan.

Kembali kepada soal, gue masih belum menemukan jawaban yang masuk akal. Gue malah jadi inget sama kesalahan - kesalahan gue pada masa lalu. Kesalahan paling fatal yang pernah gue lakukan adalah nge-hack facebook mantan. Tapi gak mungkin kan gue tulis itu sebagai jawaban?

Sempet terlintas jawaban yang tepat untuk soal ini sesuai dengan kehidupan nyata. Jika pertanyaannya "Sebutkan dosa - dosa besar yang kamu ketahui!"
Jawabannya adalah : Jadi Farhat Abbas.

Tapi gue takut nanti diajakin ngadu tinju sama Farhat Abbas. Jawaban tersebut kemudian gue urungkan.
Akhirnya, setelah berpikir cukup lama dan mempertimbangkan banyak hal (nanya jawaban kesana - kemari), gue menyelesaikan ulangan agama dengan cukup meyakinkan. Hore! Prok! Prok! Prok! Tepuk Pramuka! *loh.

. . .

Jam pertama berakhir, dan sekarang tibalah waktunya mengerjakan ulangan matematika. Ternyata pengawasnya bergilir, dan pengawas yang sekarang terlihat lebih muda. Umurnya mungkin menginjak 40an. Atau mungkin, bisa kurang. Ciri khusus dari pengawas ini adalah perutnya yang gede banget. Dari sini kita bisa tahu bahwa dia habis nelen semangka bulet - bulet.


Kemudian, seperti biasa, pengawas memberikan soal dan lembar LJK. Setelah itu, gue melakukan ritual umum sebelum mengerjakan soal seperti menulis nama, nomor peserta, ruang ujian dan lain - lain. Tak lupa gue mengecek soal terlebih dahulu. Ternyata soal ulangan matematika lebih banyak dibanding soal ulangan agama. Ada 20 soal PG (Pilihan Ganda) dan 5 soal essay (tertulis).

Sip! Ini dia waktunya mengerjakan!

Di soal nomor 1 sampai 5 Pilihan Ganda, gue masih mampu mengerjakan soal dengan mudah. Ada suatu kebanggan tersendiri dan sorakan hati yang berbunyi "Gile lo wan! Hebat banget bisa ngerjain!" 
Padahal soal nomor 1 sampai 5 mengenai luas dan keliling bangun datar. Soal yang amat sangat cetek.

Lanjut ke soal nomor 6 sampai 10 pilihan Ganda, gue mulai garuk - garuk kepala. Berharap ada jawaban yang tiba - tiba jatoh dari rambut gue.

Tidak menemukan jawaban dari rambut, gue langsung mengerjakan soal nomor 11 sampai 15 Pilihan Ganda. Gue mulai berdehem, tanda akan serius. Tapi begitu gue membaca soal "Tentukan notasi sigma bla bla bla pada suatu sudut bla bla bla" gue mulai protes dalam hati "Soal apaan neeeh?! Ini soal apa perempuan? suseh amat dimengerti!" 

Tidak mau putus asa mengenai soal sebelumnya, gue melanjutkan mengerjakan soal nomor 16 sampai 20 Pilihan Ganda. Dan saat itu juga, gue mengalami pendarahan otak mendadak.


Gue mulai bengong. Tanda gak percaya bahwa soal ulangan matematika yang sedang gue hadapi saat ini sulit sekali. Gue mulai berpikir kembali pada masa lalu. Dimana soal - soal matematika masih sangat mudah. Satu ditambah satu sama dengan dua, dua ditambah dua sama dengan empat, begitu seterusnya. Tapi dihadapan gue saat ini adalah soal matematika yang bukan satu ditambah satu sama dengan dua, atau dua ditambah dua sama dengan empat, melainkan soal - soal tentang konversi sudut lah, notasi sigma lah, koordinat kartesius lah, yang melibatkan hingga dua sampai lima rumus sekaligus. Mampus.

Selagi bengong, tiba - tiba ponsel gue bergeter di saku baju. Dert! Dert! 
Ada sebuah pesan masuk dari temen gue, lantas gue langsung buka. 
"Wan, nomor 1 - 20 PG jawabannya apa?"
"SEMPAK!"

Gue harap dengan jawaban seperti itu, temen gue bisa mengerti kondisi yang sedang gue alami.


Gue kembali mengerjakan soal sedikit demi sedikit. Keputusan gue untuk menaruh kumpulan kertas catatan di kolong meja sangatlah tepat. Dengan ini, gue bisa mengerjakan sebagian soal - soal yang masih bisa gue pahami. Hasilnya, hampir setengah lebih dari keseluruhan soal ulangan matematika berhasil gue jawab. Sisanya sih, tinggal diskusi dengan yang lainnya. Ha! Ha! Ha! Ketawa yang diiringi rasa putus asa.

. . .

Dengan berakhirnya ulangan matematika, maka berakhirnya pula UTS di hari pertama. Ucapkan selamat tinggal kepada pengawas gendut yang suka mondar mandir yang menyebabkan kegiatan contek - menyontek kami menjadi terhambat. Masih ada 4 hari lagi yang akan datang. Apapun itu, semoga UTS kali ini hasilnya memberikan kesan.

3 Komentar: