Tiba waktunya di hari kedua. Di hari kedua, mata pelajaran yang akan diujikan lebih banyak daripada hari sebelumnya. Ada pelajaran Bahasa Indonesia di jam pertama, PKn di jam kedua, dan Kimia di jam terakhir. Jadwal pelajaran yang lebih banyak dari hari sebelumnya, seharusnya membuat semangat belajar gue menjadi lebih besar. Namun, waktu - waktu yang seharusnya gue pergunakan untuk belajar malah gue pergunakan untuk tidur.
Otak gue berpikir, "ah besok jam pertama cuman bahasa indonesia. Gue kan orang Indonesia, soal - soalnya paling cuman seputar kalimat utama dan terus menerus diulang di soal selanjutnya." Oke, kesalahan awal yang sering gue lakukan adalah meremehkan sesuatu.
Selanjutnya, gue mengambil catatan pelajaran PKn. 20 menit gue bolak - balik catatan, tapi satu pun materi nggak ada yang masuk. Otak gue kembali berpikir, "ah otak gue udah kepenuhan!", padahal dari tadi yang diisi cuman perut doang karena gue belajar sambil ngemil makanan.
Gue beralih ke pelajaran kimia. Kembali membuka catatan demi catatan. Baru halaman pertama, gue udah menguap. Halaman kedua, gue menguap lebih panjang. Halaman ketiga, gue mencoba belajar sambil tiduran. Halaman keempat, gue taruh buku Kimia di atas wajah. Halaman kelima, gue ketiduran dengan sukses. Dari sini kita bisa tahu, gue belajar bukan dengan tujuan untuk mengingat materi, melainkan cuman ngabis - ngabisin memori di otak. Sia - sia.
. . .
Seperti biasanya, pukul tujuh pagi kurang limat menit gue baru berangkat ke sekolah. Setibanya di sekolah, gue bertemu dengan salah satu teman sekelas gue—sekaligus ketua kelas di kelas gue, namanya Januar. Kita bertemu di tempat parkiran. Pertemuan singkat itu tidak disertai dengan cipika - cipiki atau pelukan menjijikan.
Beda dari hari sebelumnya, jika di lobby utama sekolah gue kemarin masih terdapat kesibukan - kesibukan siswa yang lain, hari kedua terlihat sepi. Gue sama Januar langsung menuju ruang ujian. Begitu masuk ruangan, pengawas sudah berdiri di depan kelas dan sedang menyiapkan soal serta lembar LJK yang akan dibagikan.
Teng! UTS jam pertama dimulai!
Ritual yang pertama gue lakukan sama dengan hari kemarin. Mengisi nama dan ketentuan - ketentuan lain pada lembar LJK, mengecek soal, kemudian mengerjakan.
Gue melihat ada 25 soal PG (Pilihan Ganda) dan 5 soal essay (tertulis). Sesuai dugaan, bahasa indonesia adalah ulangan dengan soal terbanyak dan soal terpanjang. Oke, mari mulai baca koran mengerjakan!
Kesulitan utama dalam mengerjakan ulangan bahasa indonesia adalah ketika kita memilih jawaban mana yang paling benar dari soal Pilihan Ganda. Misalnya, ada suatu cerita yang panjaaaaang banget sampe ngabisin dua halaman soal. Tapi pertanyaannya cuman "manakah yang termasuk kalimat utama dari cerita tersebut?". Nah, saat gue baca jawaban A, gue merasa udah yakin kalo jawabannya A. Untuk menambah keyakinan, akhirnya gue juga baca jawaban B. Setelah di baca, jawaban B juga kayaknya bener. Lanjut ke jawaban C. Setelah gue baca, gue merasa jawaban C juga bener. Begitu seterusnya hingga jawaban E.
Pertanyaan "manakah yang termasuk kalimat utama dari cerita tersebut?" berubah menjadi "manakah jawaban yang paling benar? Hayo, yang mana? Gak ada pilihan semua jawaban benar, lho!"
Gue jadi ribet sendiri. Mau pilih jawaban A, takut jawaban B yang bener. Mau pilih jawaban B, takut jawaban C yang bener. Ada 10 soal yang bikin gue jadi ribet sendiri. Bingung harus memilih jawaban mana yang paling tepat atau benar.
Ritual tengok kanan dan tengok kiri menjadi solusi paling jitu mengerjakan ulangan bahasa Indonesia. Beruntungnya, pengawas yang mengawasi berlangsungnya ulangan gak begitu nyusahin. Dengan ini, trik tersebut bisa berjalan lancar tanpa hambatan. Oh yeah! *Teriakan kelegaan karena bebas dari jawaban yang membingungkan*
15 menit kemudian, UTS jam kedua dimulai. Sesuai dengan jadwal, ulangan yang diujikan pada jam kedua adalah pelajaran PKn. Gue menyempatkan diri membuat catatan - catatan seperlunya buat ditaro di kolong meja, tanda khawatir karena di malam sebelumnya materi PKn gak ada yang nyangkut di otak.
Seperti biasa, pengawas bergilir setiap pergantian jam. Harapan semua siswa pada umumnya adalah mendapatkan pengawas yang nggak rese - rese amat. Ada celah buat nyontek tapi gak ngoceh - ngoceh nyari perhatian alias tuh pengawas diem aja. Nggak banyak tingkah.
Akhirnya, pengawas mulai datang kemudian langsung masuk. Gue merasa nggak asing sama pengawasnya, dia salah satu guru BK. Feeling gue sih nih guru pasti nyebelin. Pasti posesif banget sama siswa yang keliatan ribet. Padahal kan siswa yang ribet belum tentu dia pengen nyontek, mungkin aja siswa tersebut lagi kena wasir.
Sebelum membagikan soal dan lembar LJK, pengawas ini membuat peraturan "Segera Non-aktifkan ponsel kamu dan di taro di dalam tas. Kalo sampai ketauan belum dimasukkan ke dalam tas, akan Ibu ambil. Ibu nggak main - main."
Satu kelas manggut - manggut dan langsung masukkin ponselnya ke dalam tas masing - masing.
Nanya jawaban lewat sms udah gak mungkin. Gue sih berharap kalo soal - soal yang akan diujikan gak melenceng dari kedalaman otak gue yang.... cetek.
Begitu soal dan lembar LJK dibagikan, kembali gue melakukan ritual paling pertama. Mengisi nama dan ketentuan lain yang harus diisi pada LJK kemudian mengecek soal - soal. Lebih sedikit sih soalnya dari ulangan bahasa indonesia barusan.
Yup! Saatnya mengerjakan!
Secara umum soal - soal yang diujikan berkaitan dengan materi Hubungan Internasional. Tadinya gue mengira ini persamaan dari LDR beda negara, taunya bukan. Hehehe.
Dari 20 soal Pilihan Ganda, gue cuman berhasil menjawab 8 soal. Yang nyangkut di otak gue tentang PKn cuman sila - sila pancasila. Gak ada yang lain.
Hal yang sama juga dialami saat mengerjakan soal - soal essay. Dari lima soal essay, gue hanya mampu menjawab dua soal. Soal yang berhasil gue jawab salah satunya "Jelaskan pengertian hubungan bilateral dan hubungan regional serta berikan contohnya."
Soal yang model beginian sih udah hatam di luar kepala.
Sedangkan soal yang modelnya "Sebutkan 21 fungsi Mahkamah Internasional", gue udah gak napsu buat nyari jawabannya. Tadinya sih, gue pengen nulis jawaban "Cari di Wikipedia, Bu! Pasti ada!" tapi takut LJK gue gak diterima. Akhirnya gue mencoba nengok ke belakang, mencari jawaban. Gue coba liat LJK punya temen gue, tapi masih pada kosong ompong. Nengok ke samping kanan, orangnya malah bengong. Nengok ke samping kiri, hasilnya sama.
Di lain kesempatan, gue berusaha meliat catatan - catatan yang gue taro di kolong meja. Voila! Dalam sekejap LJK gue penuh dengan jawaban. Yang tadinya cuman bisa jawab delapan soal Pilihan Ganda, sekarang tinggal sisa empat soal yang belum dijawab. Yang tadinya cuman ngerti dua soal essay, sekarang tinggal nyocokin jawaban sama temen - temen yang lain.
Ada sedikit keraguan sih sama jawaban - jawaban yang gue tulis karena pengawasnya yang terlalu 'awas'. Suka mondar - mandir kesana kemari sesuka kaki. Jadinya, kegiatan contek - menyontek gue menjadi kurang maksimal. Yang gue butuhkan saat itu adalah backsound dari salah satu lagunya Bondan Prakoso, Ya sudahlah!
Waktu mengerjakan akhirnya selesai, semua LJK dikumpulkan kepada pengawas. Di ruang lain, gue sempet ngedenger bahwa ada dua siswa yang LJKnya dirobek sama pengawasnya sendiri.
"Buset, serem amat.. Semoga aja pengawas selanjutnya yang mengawasi di ruang gue masih waras dan nyebelinnya gak keterlaluan", pikir gue dalam hati.
Selang beberapa menit, ulangan pada jam terakhir segera dimulai. Beberapa pengawas terlihat mulai masuk ke ruangan ujian yang telah ditentukan. Gue kedapetan pengawas seorang Ibu - ibu, perutnya gede, mukanya batak, dan pipinya yang mengendur sehingga bentuk wajah beliau saat senyum hampir sama dengan bentuk wajah beliau ketika cemberut.
Kalo diliat dari wajahnya sih, Ibu pengawas ini adalah model guru yang kalo ngajar selalu bawa penggaris kayu buat nusuk murid - murid yang bandel dari belakang kemudian dijadiin pupuk kandang.
Oke, secara penampilan nih pengawas keliatan serem. Bahkan saat baru masuk, beliau langsung membuka suara "Jika terus ribut, Ibu akan keluar"
Semua siswa langsung kalem.
LJK dan soal kemudian dibagikan. Seperti kebiasaan pada umumnya, gue melakukan ritual paling pertama. Mengisi nama serta hal - hal yang harus diisi pada LJK serta mengecek soal - soal. Ulangan jam terakhir adalah pelajaran Kimia. Ada 20 soal PG (Pilihan Ganda) dan 5 soal essay (tertulis).
Ulangan terakhir di hari kedua dimulai!
Gue mulai mengerjakan soal dengan sungguh - sungguh. Nomor 1, nomor 2, nomor 3..... sampai nomor 10, belum ketemu jawabannya, kampret. Gue tengok keadaan sekitar, siswa yang lain kerjaannya cuman bolak - balik soal. Nyentuh LJK pun enggak.
Gue pantang menyerah, gue kembali berusaha menjawab soal - soal yang ada di hadapan gue sekarang. Keringat mulai bercucuran di dahi gue. Bukan, bukan karena gue sangat serius dalam mengerjakan ulangan, tapi karena otak gue mulai kepanasan.
Gue menyeka keringat yang ada di dahi gue sebelum keringat itu jatuh membasahi kertas LJK. Pengawas masih serius memperhatikan. Kadang perhatian dia tertuju ke ponselnya.
Di akhir soal, gue kembali melihat LJK untuk melihat hasil yang sudah gue dapat. Ternyata LJK gue masih polos belum ada coretan sedikitpun. Gue gondok setengah kilo. "Ini gue yang bego apa emang soalnya gak kira - kira?", gue setengah gak percaya dalam hati.
Gak angin, gak ada yang ngentut, pengawas akhirnya keluar ruangan. Melihat ada kesempatan besar yang sangat langka, semua siswa langsung sibuk ngeliat jawaban satu sama lain. Korbannya sih siswa yang paling pinter di kelas.
Temen gue yang berada di belakang, yang dari tadi cuman bisa bisik - bisik sekarang mulai teriak. "Meyta! Meyta! Liat dong!" serunya. Gue juga turut dipanggil. Dia nggak tau kalo memanggil gue cuman buang - buang suara doang.
Gue liat keadaan sekitar, siswa - siswa lain mulai mengisi jawaban. Akhirnya pun gue mulai mengikuti jawaban yang udah ada. Gue sama sekali gak ngerti tentang kimia. Menurut gue, pelajaran kimia adalah pelajaran paling nggak nyambung dengan jurusan yang gue pilih, yaitu RPL (Rekayasa Perangkat Lunak). Materi dari pelajaran tersebut juga aneh banget. Meneliti kandungan racun lah. Campur - campurin senyawa macem - macem. Tentang kesetimbangan reaksi, pertukaran reaksi, konsentrasi, sambal terasi, serta singkatan - singkatan yang menyiksa ingatan. Mana nyambung sama otak gue yang kerjaannya cuman tidur?
Gak lama kemudian, pengawas mulai kembali ke ruangan. Dia keliatan cuek dan gak peduli atas apa yang terjadi saat ia meninggalkan ruang ujian. Sementara itu LJK gue udah penuh dengan jawaban. Delapan puluh persen jawaban yang gue isi adalah hasil nyontek, sedangkan sisanya ngeliat jawaban temen (sama aja woy!). Untuk kali ini, gue banyak menggantungkan jawaban sama orang lain. Entah itu benar, entah itu salah.
Limat menit sebelum waktu selesai, LJK telah dikumpulkan. Setelah mengumpulkan, gue berkemas merapihkan barang. Mengecek kolong meja apakah ada barang yang tertinggal atau tidak. Kemudian keluar ruangan, menuju parkiran, dan lekas pulang untuk mengosongkan pikiran.
15 menit kemudian, UTS jam kedua dimulai. Sesuai dengan jadwal, ulangan yang diujikan pada jam kedua adalah pelajaran PKn. Gue menyempatkan diri membuat catatan - catatan seperlunya buat ditaro di kolong meja, tanda khawatir karena di malam sebelumnya materi PKn gak ada yang nyangkut di otak.
Seperti biasa, pengawas bergilir setiap pergantian jam. Harapan semua siswa pada umumnya adalah mendapatkan pengawas yang nggak rese - rese amat. Ada celah buat nyontek tapi gak ngoceh - ngoceh nyari perhatian alias tuh pengawas diem aja. Nggak banyak tingkah.
Akhirnya, pengawas mulai datang kemudian langsung masuk. Gue merasa nggak asing sama pengawasnya, dia salah satu guru BK. Feeling gue sih nih guru pasti nyebelin. Pasti posesif banget sama siswa yang keliatan ribet. Padahal kan siswa yang ribet belum tentu dia pengen nyontek, mungkin aja siswa tersebut lagi kena wasir.
Sebelum membagikan soal dan lembar LJK, pengawas ini membuat peraturan "Segera Non-aktifkan ponsel kamu dan di taro di dalam tas. Kalo sampai ketauan belum dimasukkan ke dalam tas, akan Ibu ambil. Ibu nggak main - main."
Satu kelas manggut - manggut dan langsung masukkin ponselnya ke dalam tas masing - masing.
Nanya jawaban lewat sms udah gak mungkin. Gue sih berharap kalo soal - soal yang akan diujikan gak melenceng dari kedalaman otak gue yang.... cetek.
Begitu soal dan lembar LJK dibagikan, kembali gue melakukan ritual paling pertama. Mengisi nama dan ketentuan lain yang harus diisi pada LJK kemudian mengecek soal - soal. Lebih sedikit sih soalnya dari ulangan bahasa indonesia barusan.
Yup! Saatnya mengerjakan!
Secara umum soal - soal yang diujikan berkaitan dengan materi Hubungan Internasional. Tadinya gue mengira ini persamaan dari LDR beda negara, taunya bukan. Hehehe.
Dari 20 soal Pilihan Ganda, gue cuman berhasil menjawab 8 soal. Yang nyangkut di otak gue tentang PKn cuman sila - sila pancasila. Gak ada yang lain.
Hal yang sama juga dialami saat mengerjakan soal - soal essay. Dari lima soal essay, gue hanya mampu menjawab dua soal. Soal yang berhasil gue jawab salah satunya "Jelaskan pengertian hubungan bilateral dan hubungan regional serta berikan contohnya."
Soal yang model beginian sih udah hatam di luar kepala.
Sedangkan soal yang modelnya "Sebutkan 21 fungsi Mahkamah Internasional", gue udah gak napsu buat nyari jawabannya. Tadinya sih, gue pengen nulis jawaban "Cari di Wikipedia, Bu! Pasti ada!" tapi takut LJK gue gak diterima. Akhirnya gue mencoba nengok ke belakang, mencari jawaban. Gue coba liat LJK punya temen gue, tapi masih pada kosong ompong. Nengok ke samping kanan, orangnya malah bengong. Nengok ke samping kiri, hasilnya sama.
Di lain kesempatan, gue berusaha meliat catatan - catatan yang gue taro di kolong meja. Voila! Dalam sekejap LJK gue penuh dengan jawaban. Yang tadinya cuman bisa jawab delapan soal Pilihan Ganda, sekarang tinggal sisa empat soal yang belum dijawab. Yang tadinya cuman ngerti dua soal essay, sekarang tinggal nyocokin jawaban sama temen - temen yang lain.
Ada sedikit keraguan sih sama jawaban - jawaban yang gue tulis karena pengawasnya yang terlalu 'awas'. Suka mondar - mandir kesana kemari sesuka kaki. Jadinya, kegiatan contek - menyontek gue menjadi kurang maksimal. Yang gue butuhkan saat itu adalah backsound dari salah satu lagunya Bondan Prakoso, Ya sudahlah!
Waktu mengerjakan akhirnya selesai, semua LJK dikumpulkan kepada pengawas. Di ruang lain, gue sempet ngedenger bahwa ada dua siswa yang LJKnya dirobek sama pengawasnya sendiri.
"Buset, serem amat.. Semoga aja pengawas selanjutnya yang mengawasi di ruang gue masih waras dan nyebelinnya gak keterlaluan", pikir gue dalam hati.
. . .
Selang beberapa menit, ulangan pada jam terakhir segera dimulai. Beberapa pengawas terlihat mulai masuk ke ruangan ujian yang telah ditentukan. Gue kedapetan pengawas seorang Ibu - ibu, perutnya gede, mukanya batak, dan pipinya yang mengendur sehingga bentuk wajah beliau saat senyum hampir sama dengan bentuk wajah beliau ketika cemberut.
Kalo diliat dari wajahnya sih, Ibu pengawas ini adalah model guru yang kalo ngajar selalu bawa penggaris kayu buat nusuk murid - murid yang bandel dari belakang kemudian dijadiin pupuk kandang.
Oke, secara penampilan nih pengawas keliatan serem. Bahkan saat baru masuk, beliau langsung membuka suara "Jika terus ribut, Ibu akan keluar"
Semua siswa langsung kalem.
LJK dan soal kemudian dibagikan. Seperti kebiasaan pada umumnya, gue melakukan ritual paling pertama. Mengisi nama serta hal - hal yang harus diisi pada LJK serta mengecek soal - soal. Ulangan jam terakhir adalah pelajaran Kimia. Ada 20 soal PG (Pilihan Ganda) dan 5 soal essay (tertulis).
Ulangan terakhir di hari kedua dimulai!
Gue mulai mengerjakan soal dengan sungguh - sungguh. Nomor 1, nomor 2, nomor 3..... sampai nomor 10, belum ketemu jawabannya, kampret. Gue tengok keadaan sekitar, siswa yang lain kerjaannya cuman bolak - balik soal. Nyentuh LJK pun enggak.
Gue pantang menyerah, gue kembali berusaha menjawab soal - soal yang ada di hadapan gue sekarang. Keringat mulai bercucuran di dahi gue. Bukan, bukan karena gue sangat serius dalam mengerjakan ulangan, tapi karena otak gue mulai kepanasan.
Gue menyeka keringat yang ada di dahi gue sebelum keringat itu jatuh membasahi kertas LJK. Pengawas masih serius memperhatikan. Kadang perhatian dia tertuju ke ponselnya.
Di akhir soal, gue kembali melihat LJK untuk melihat hasil yang sudah gue dapat. Ternyata LJK gue masih polos belum ada coretan sedikitpun. Gue gondok setengah kilo. "Ini gue yang bego apa emang soalnya gak kira - kira?", gue setengah gak percaya dalam hati.
Gak angin, gak ada yang ngentut, pengawas akhirnya keluar ruangan. Melihat ada kesempatan besar yang sangat langka, semua siswa langsung sibuk ngeliat jawaban satu sama lain. Korbannya sih siswa yang paling pinter di kelas.
Temen gue yang berada di belakang, yang dari tadi cuman bisa bisik - bisik sekarang mulai teriak. "Meyta! Meyta! Liat dong!" serunya. Gue juga turut dipanggil. Dia nggak tau kalo memanggil gue cuman buang - buang suara doang.
Gue liat keadaan sekitar, siswa - siswa lain mulai mengisi jawaban. Akhirnya pun gue mulai mengikuti jawaban yang udah ada. Gue sama sekali gak ngerti tentang kimia. Menurut gue, pelajaran kimia adalah pelajaran paling nggak nyambung dengan jurusan yang gue pilih, yaitu RPL (Rekayasa Perangkat Lunak). Materi dari pelajaran tersebut juga aneh banget. Meneliti kandungan racun lah. Campur - campurin senyawa macem - macem. Tentang kesetimbangan reaksi, pertukaran reaksi, konsentrasi, sambal terasi, serta singkatan - singkatan yang menyiksa ingatan. Mana nyambung sama otak gue yang kerjaannya cuman tidur?
Gak lama kemudian, pengawas mulai kembali ke ruangan. Dia keliatan cuek dan gak peduli atas apa yang terjadi saat ia meninggalkan ruang ujian. Sementara itu LJK gue udah penuh dengan jawaban. Delapan puluh persen jawaban yang gue isi adalah hasil nyontek, sedangkan sisanya ngeliat jawaban temen (sama aja woy!). Untuk kali ini, gue banyak menggantungkan jawaban sama orang lain. Entah itu benar, entah itu salah.
Limat menit sebelum waktu selesai, LJK telah dikumpulkan. Setelah mengumpulkan, gue berkemas merapihkan barang. Mengecek kolong meja apakah ada barang yang tertinggal atau tidak. Kemudian keluar ruangan, menuju parkiran, dan lekas pulang untuk mengosongkan pikiran.
Semangat ya yang sekolahnya pake UTS, hihihi :p
BalasHapusterimakasih semangatnya Sophia :p
Hapus