Injury Time

Injury Time, Tahun Baru, Jelang Tahun Baru

Desember tahun 2014 sudah beranjak tua, tidak lama lagi ia akan pergi dan tak ada yang bisa membawanya kembali. Usianya hanya 31 hari dan kini menginjak umur yang ke-30, itu berarti baginya besok adalah hari terakhir dan 2015 akan muncul ke permukaan—menggantikan yang telah berlalu.
Ibarat pertandingan sepak bola, kita bisa bayangkan bahwa sekarang kita sedang mengalami Injury Time, saat - saat penentu akhir pertandingan. Tapi sayangnya, dalam pertandingan ini kita tak selalu bisa ngotot mendapat tiga poin penuh, sebab kehidupan tak selalu bisa berjalan dengan apa yang kita inginkan.


Sejujurnya, boleh dibilang tahun ini bukanlah tahun yang baik bagi gue. Tahun ini, banyak hal sulit yang mesti gue hadapi. Banyak kejadian yang terasa berat saat berusaha melewati. Dan pula, banyak kenyataan pahit yang sering gue tangisi.

Kata banyak sodara dan orang - orang sekitar, gue terlihat lebih dewasa dalam segala hal, menandakan bahwa mereka menganggap gue yang sekarang lebih baik dari yang sebelumnya. Namun, perkataan bisa saja menipu, penilaian mungkin saja keliru. 
Terbukti, apa yang mereka katakan amat berbeda dengan apa yang gue alami. Gue merasa di tahun ini, gue mengalami penurunan kualitas diri. Penuruan yang dimaksud itu adalah sering menghamburkan waktu untuk sesuatu yang tidak penting, malas untuk produktif, menganggap remeh tugas dan kewajiban, susah konsisten, dan yang paling sering dari semua itu adalah kehilangan semangat untuk hidup.

Pernah suatu waktu, gue merasa bahwa kehidupan gue terjebak dalam pola 3M (makan, modol, molor). Pada saat itu, gue seakan - akan gak mampu melakukan apapun dan tersesat dalam ketidaktahuan. Tanpa arah, tanpa GPS, tanpa ada yang memandu kemana harus melangkah, yang tersisa hanya kekosongan yang panjang.



Selain itu, hal yang membuat tahun ini menjadi tahun yang buruk bagi gue adalah karena keluarga besar gue dilanda duka yang berturut - turut. Duka itu berlangsung ketika Nenek gue meninggal dunia, kemudian Bibi gue menyusul kepergian Beliau pada saat seratus hari kematian Beliau. Belum cukup disitu, Om gue pun menjemput ajalnya tepat saat seratus hari kematian Bibi gue. Hal ini menjadi begitu ganjil sebab kejadiannya berturut - turut dan dalam senggang waktu yang sama.
Memang, gak ada yang bisa menjelaskan apa nasib kehidupan kita selanjutnya. Namun yang pasti, kejadian tersebut membuat seluruh anggota keluarga besar gue menyimpulkan bahwa "apakah teror kematian seratus hari akan memakan korban lagi?" Kita tak pernah tahu, semua terjadi dan berlalu begitu saja di tahun ini.

Banyak resolusi yang disiapkan di awal tahun ini yang tak juga tercapai. Kurang konsisten menjadi penyebabnya. Namun bukan berarti tahun ini hanya menawarkan banyak hal negatif, hal yang positif tentu ada dan tentu akan gue ingat sebagai kekaguman pribadi atas diri sendiri bahwa "Tidak seburuk itu, gue juga pernah berhasil sejauh ini kok!"

Tahun ini gue mencoba membuat usaha skala kecil, yaitu jualan makaroni di sekolah. Sudah berjalan sejak bulan Oktober kemarin. Dan sejauh ini, banyak hal yang membekas di ingatan dan menjadi pelajaran. Gue sadar, sebentar lagi gue akan lulus SMK dan gak boleh banyak bergantung sama orang lain. Mau lanjut kuliah belum ada biaya dan belum tentu mendapat beasiswa dengan mudah.
Satu - satunya pilihan yang paling mungkin ialah kerja dan menabungkan hasilnya sebagian untuk kuliah nanti. Kerja yang gue maksud bukan menjadi buruh pabrik, namun gue akan meneruskan apa yang telah gue mulai: usaha jualan makaroni. Mungkin bagi sebagian orang akan menganggap remeh usaha gue ini, namun gue telah janji bahwa gue akan giat dan konsisten dalam hal ini, sekaligus gue belajar untuk survive dan mendapatkan pengalaman yang menarik.


Terakhir, tak lama lagi 2014 akan berlalu dan digantikan oleh tubuh baru, 2015. Gue gak ada rencana untuk membuat resolusi, gak ada rencana untuk merayakan kehadirannya secara mewah. Lagian, dari tahun kemarin setiap kemunculan tahun baru yang gue lakukan cuman tidur seperti biasanya dan bangun jam sembilan pagi. Disaat orang - orang meniup terompet, menyalakan kembang api dan mengantongi kebahagiaan, gue justru tidur pulas dan tak peduli dengan apa yang terjadi. Udah kebiasaan seperti itu dan gak menjadi masalah, bukan?

Gue menunggu kehadiran 2015 tanpa target yang harus dicapai. Gue akan menjajal kembali pengalaman yang menarik, menjalani kehidupan tanpa tujuan yang jelas, membiarkan semua hal yang akan terjadi sebagai kejutan. Tahun 2015 mungkin tak ada resolusi, namun ia akan memiliki banyak kejutan. Gue juga memiliki sebuah doktrin yang menurut gue sangat baik apabila diterapkan dalam kehidupan. Doktrin itu berbunyi

"Membaca adalah cara untuk memperkaya diri, sedangkan menulis adalah cara untuk mendokumentasikan diri. Dua hal tersebut ialah sebagai bukti bahwa kita ada dan lahir di muka bumi"


Gue bersyukur di Injury Time seperti ini, gue memutuskan untuk kembali menulis. Jika tidak, mungkin kisah ini akan lenyap perlahan dari ingatan

3 Komentar:

  1. Turut berduka ya buat kejadian di 2014nya. Quote terakhirnya keren. Seenggaknya kita bisa dikenang lewat tulisan kita kan ya. Hehe. Anyway, baru pertama kali kesini nih. Salam kenal ya. \:D/

    BalasHapus
  2. Sudah lamaaaa sekali kamu tidak menggoreskan kalimat diblog ini...
    Kapan kamu ada waktu untuk nulis lagi?
    Dapatkah kita berbagi cerita, ilmu, alur, dan ritme mengenai "pengalaman menulis" ??? :D
    Salam hangat ~SNA

    BalasHapus